Rabu, 23 April 2008

Rusak.... Rusak... !

Jam 5.60 Cak Untung pergi mengantar putrinya sekolah ke sebuah SMP di kota ngGresik. Melewati pertigaan Sukomulyo (tenger), berhenti tepat di tengah pertigaan. 3 menit Kang untung menunggu kosongnya kendaraan dari arah manyar-ngGresik. "Fyuuuh" sungut kang Untung.

Pak Polisi baru datang, untung saja Kang Untung dibantu petugas, kalau tidak pasti anaknya akan marah karena takut terlambat masuk sekolah jam ke-0.

sungguh ironis memang, ruwetnya lalu lintas ngGresik, dengan semakin banyaknya volume kendaraan di ngGresik, pemerintah seakan tinggal diam.

Terbukti, kenapa tidak ada pelebaran jalan yang sesungguhnya pelebaran ini sudah sangat penting dan genting untuk segera dilakukan. Kenapa pemerintah daerah melebarkan jalan di daerah agak pinggiran yang sesungguhnya masih belum genting meskipun penting, sedangkan di kota tidak ada pelebaran jalan. Terakhir ada pelebaran jalan adalah di daerah Meduran dan Telogo Pojok (daerah sebelah barat Ramayana). Selain masalah pelebaran jalan, fungsi rambu-rambu juga tidak dioptimalkan. di pertigaan jalan Sukomulyo (tenger) traffic light sudah berbulan-bulan terpasang namun tidak segera difungsikan, sehingga menjadikan suasana berkendara yang tidak nyaman, itu yang membuat Kang Untung susah "menyeberang" ke arah ngGresik. Belum lagi jalan yang berlobang dan berdebu.

Pembangunan, layaknya akan membawa suatu perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Namun, rasanya tidak bagi sebagian orang ngGresik. Dengar saja penuturan Mbah Pi'i, menurut si Mbah yang konon sempat memaanggul pedang membabat kompeni, "ngGresik biyen karo saiki podo wae gak ono perubahan, kaet biyen nek nang ngGresik kudu nutupi erung, awuh (debu, red) iso-iso mlebu nang tenggorokan".

Tersendatnya pembangunan, pemerintah sering beralasan kekurang dana untuk menyediakan fasilitas jalan yang layak. "Alasan'e musykil" Cak Roji berseloroh gak percaya kepada pemerintah. "lha wong pabrik'e sak arat-arat, sak taek ndayak kok gak iso mbangun embong sing uuuapik" balas Cak Udin. "Pajek'e awak dewe sing saben taun dibayar nang BRI iku dipangan sopo" Yu Tun yang dari tadi diam ikut angkat bicara.
Pak Lek Parno yang paling di"tua"kan ikut memberikan penjelasan "duwit'e iku gak dipangan Yu, pemerintah iku sek ngatur, sektor opo sing arep di disekno, daerah endi sing paling penting dibangun disek". "Pemerintah iku yo gak sak karepe dewe nek arep mbangun, pemerintah perlu konsultasi utowo takon nang DPRD"
"Takon opo Pak Lek, wong cuma tuku aspal nang pertamina, terus dicelukno tukange, terus aspale dieret-eret nang embong lhak yo wes beres ta..." celetuk Mbak Yu Tun dengan ketus.
"Lek, pemerintah takon nang DPRD iku gak konsultasino masalah corone mbangun, tapi corone mbagi susuke duwit pembangunan" timpal Cak Udin emosi.
"Yo nek ngono sabar wae Yu, Cak..." jawab Pak Lek sekenanya.

Masyarakat sudah lama bersabar, bersabar menunggu keadaan hidup berubah. bersyabar untuk medapatkan pemerintah yang benar mengerti, paham, dan kasih sayang kepada rakyatnya.

Tidak ada komentar: