Apakah Sebenarnya Start
Up Itu?
Start Up atau
biasa disebut sebagai usaha rintisan adalah perusahaan “orok” yang baru saja
dimulai pengembangannya. Usaha rintisan biasanya masih dalam skala keci yang
pembiayaan dan pengoperasiannya dilakukan sepenuhnya oleh para pendirinya ataupun
bahkan perorangan.
Usaha rintisan
biasanya menawarkan produk atau jasa yang belum ada di pasaran, atau menawarkan
produk yang sudah diperbaiki mutunya.
Pendanaan Usaha Rintisan
Pada tahap
awal, usaha rintisan mengalami kesulitan keuangan. Biaya operasional usaha
rintisan lebih besar dari pada pendapatan, hal ini disebabkan pada tahap ini
usaha rintisan lebih fokus kepada pengembangan, pengujian dan pemasaran ide gagasan
mereka. Dengan demikian usaha ini membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Pembiayaan
bisa didapat dari lembaga-lembaga keuangan; diataranya dari kredit perbankan,
dari pemerintah melalui kementrian koperasi dan UMKM, atau dari lembaga swadaya
masyarakat LSM) dan organisasi non pemerintah (NGO). Pendampingan oleh lembaga dapat
menyediakan kebutuhan usaha rintisan dalam hal pembiayaan dan saran. Usaha rintisan
yang dapat mengendalikan dan mempertahankan potensinya akan dapat menarik
pemodal besar lain sehingga bisa menjadi kontrol yang bagus bagi pendiri usaha
rintisan.
Menilai bisnis yang belum menghasilkan
usaha rintisan belum berpengalaman dan belum
menghasilkan laba, investasi di usaha ini sangat beresiko. Berikut ini adalah
beberapa langkah yang dapat dipakai oleh kreditor dan investor untuk menilai
sebuah usaha rintisan yang masih belum mendapatkan laba:
1.
Pendekatan biaya duplikasi, penilaian ini melihat
dari biaya yang dikeluarkan perusahaan rintisan untuk memproduksi produk atau
jasa, seperti penelitian, pengembangan dan pembelian aset tidak bergerak. Namun
metode penilaian ini tidak mempertimbangkan potensi masa depan perusahaan.
2.
Pendekatan pasar, penilaian ini melihat dan
membandingkan perusahaan sejenis yang baru saja diakuisisi. Namun, perlu diingat
bahwasannya tidak ada perusahaan yang sebanding, meskipun antara dua perusahaan
tersebut nilai penjualnnya sebanding.
3.
Pendekatan arus kas diskonto, penilaian ini
melihat ekspektasi perusahaan dalam sisi arus kas masa mendatang. Pendekatan ini
sangat subyektif.
4.
Pendekatan tahap pengembangan, penilaian ini memberikan
nilai potensi yang lebih tinggi kepada perusahaan yang dikembangkan lebih jauh.
Misalnya, perusahaan yang memiliki jalur keuntungan yang jelas akan memiliki nilai
lebih tinggi daripada perusahaan yang hanya memiliki gagasan menarik saja.
Karena startup
memiliki tingkat kegagalan yang tinggi, calon investor harus mempertimbangkan
bukan hanya ide, tapi pengalaman tim manajemen. Investor yang potensial seharusnya
tidak hanya menginvestasikan uang kepada usaha rintisan. Tapi juga investor
harus mengembangkan strategi untuk membawa usaha rintisan agar bisa keluar dari
masalah-masalah yang membelitnya, karena sampai mereka menjual, keuntungan masih
hanya tertulis di atas kertas.
selengkapnya pelajari di sini>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar