Jumat, 09 Februari 2018

Kopi, Ladang Uang Yang Sangat Menjanjikan



Kopi, Ladang Uang Yang Sangat Menjanjikan


Bentangan alam dataran tinggi menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, merata dari Timor hingga Talaud. Menghijau subur menumbuhkan segala flora, tak terkecuali tanaman kopi. Species Coffea canephora Pierre dan Coffea arabbica L ini tersebar di seluruh penjuru jamrud khatulistiwa. Tanaman yang awalnya dianggap sebagai tanaman perdu liar dan berasal dari tanah Abyssinia ini telah dikenal lama oleh masyarakat Nusantara, tercatat di sejarah bahwa kolonial Belanda membawa benih kopi dari Malabar, India menuju Pulau Jawa pada tahun 1696. Sejak saat itulah penelitian kopi semakin berkembang hingga Kopi Jawa menjadi jawara di Eropa pada waktu itu. Hingga kini, kopi Jawa masih menjadi primadona ditemani oleh kopi Gayo dan Mandhaeling serta varietas lain dari Toraja, Flores, Bali dan tanah Papua.

Biji kopi hingga kini masih menjadi komoditas penting perdagangan dunia. Pada tahun 2015, Indonesia menjadi pemasok biji kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolumbia dengan mencatatkan perkiraan produksi 622.000 metrik ton biji kopi dan 1,19 miliar dolar AS untuk nilai ekspor pada tahun yang sama. Sungguh nilai yang sangat tinggi untuk ukuran biji tanaman.

Bisnis perdagangan kopi sangat beragam, mulai perdagangan biji mentah (green bean), biji gongseng (roast bean), kopi bubuk, mesin roaster (gongseng) kopi, alat grinder (giling) kopi, mesin penyaji kopi (coffee machine), hingga kedai kopi (coffee shop). Bisnis ini bisa dibilang bisnis halal yang universal, karena bisa dikatakan hampir seluruh umat manusia di dunia ini dapat mengkonsumsinya, mulai bayi hingga manula. Apalagi dikarenakan adanya faktor “kecanduan” yang dimiliki oleh penikmat kopi mengakibatkan bisnis ini akan senantiasa lestari.

Selanjutnya mari kita kupas bisnis-bisnis yang dapat kita lakukan di dunia hitam kopi ini :

1.       Perdagangan biji kopi. Ekspor kopi Indonesia masih didominasi oleh perdagangan biji mentah (green bean). Pada tahun 2015, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor kopi terbesar Indonesia dengan nilai USD 281,15 juta yang disusul Jepang nilai USD 104,96 juta, kemudian disusul ekspor ke Italia dengan nilai USD 84 juta. Selain ekspor, pasar domestik juga tidak kalah menarik, hal ini dapat dilihat dari indikasi bahwa semakin banyaknya usaha rosting (gongseng) yang menyediakan jasa gongseng untuk pasokan kedai-kedai kopi.
Berbeda dengan beberapa tahun lampau yang perdagangan biji kopi mentah masih didominasi oleh tengkulak atau broker, kini perdagangan biji kopi mentah banyak dilakukan oleh petani kopi secara langsung akibat kemajuan teknologi informasi.


2.       Bisnis Gongseng kopi. Bisnis ini juga sangat menjanjikan, bila beberapa tahun yang lalu kita hanya mengenal kalau kopi itu hitam gosong akibat gongseng. Maka kini, akibat kemajuan teknologi informasi, metode roasting juga semakin cepat menyebar ke tanah air. Berbagai cara dan variasi tingkat kegosongan gongseng (level roasting) kopi juga semakin banyak diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat pecinta kopi juga semakin cerewet dengan selera kopi mereka, ada yang suka dengan tingkat kegosongan light, medium to dark atau bahkan dark and beyond. Gejala inilah yang menuntut kedai kopi menyediakan variasi tingkat kegosongan kopi untuk pelanggannya, sehingga memunculkan lini bisnis baru kopi, yaitu bisnis roasting.



3.       Bisnis online retail kopi gongseng. Era serba digital dan online market place seperti saat ini, memaksa masyarakat menjadi pedagang dadakan. Semua barang yang mempunyai nilai jual bisa diperdagangkan langsung dari kamar tidur mereka, tak terkecuali dengan biji hitam ini. Masyarakat pecinta kopi tidak perlu lagi ke kedai untuk menikmati kopi dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari Brasil sekalipun. Cukup dari gawai di genggaman, berbagai varietas kopi bisa dipesan secara daring. Para “bakuler” juga menyediakan beragam pilihan roasting, pilihan ukuran kemasan dan pilihan tipe grinding (halus atau kasar).



4.       Bisnis mesin pengolah kopi. Bisnis ini bisa jadi merupakan salah satu lini bisnis kopi padat modal bisa juga menjadi yang tidak perlu modal, tergantung cara bisnisnya. Mengapa demikian?, karena di bisnis ini harga satu unit mesin pengolah kopi sangatlah mahal, menyentuh angka jutaan. Di bisnis ini, kita bisa memilih menjadi pedagang mesin pengolah kopi pasca panen atau mesin pengolah kopi untuk konsumsi. Jika memilih bisnis mesin pengolah kopi pasca panen, maka kita akan memperdagangkan mesin pengupas kulit kopi (pulper machine), mesin pencuci kopi (washer machine), mesin pengupas kulit ari biji kopi (huller machine) serta mesin pengering biji kopi (box dryer machine). Sementara untuk bisnis mesin di level selanjutnya, kita bisa memperdagangkan mesin penggongseng kopi (roasting machine) dengan berbagai pilihan kapasitas, mesin penggiling kopi (grinder machine) dan mesin penyeduh kopi (coffe machine).




5.       Kedai kopi (coffee shop). Bisnis ini sudah menjamur, tidak hanya di ibu kota saja, di pelosok desa juga sudah berdiri coffee shop bersanding dengan warkop. Coffe shop juga memiliki banyak pilihan, baik dari segi harga, variasi varietas kopi yang dijual, cara penyajian (manual atau mesin), kelengkapan layanan, dan lain-lain. Coffee shop ini tidak selalu harus berbentuk bangunan permanen berpendingin udara, saat ini juga sudah semakin banyak yang berani memulai usaha coffe shop dengan menggunakan gerobak atau menggunakan mobil layaknya food truck.



Kembali lagi ke naluri bisnis, keuletan dan garis tangan pengusaha, meskipun Tuhan telah menganugerahkan ladang bisnis berupa kesuburan tanaman kopi kepada kita, maka di tangan kitalah 99% nasib kemujuran bisnis itu terletak. Semoga kedepannya bisnis kita semakin berjaya untuk kesejahteraan Indonesia.

Tidak ada komentar: