Kopi, Ladang Uang Yang
Sangat Menjanjikan
Bentangan alam
dataran tinggi menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, merata dari Timor
hingga Talaud. Menghijau subur menumbuhkan segala flora, tak terkecuali tanaman
kopi. Species Coffea canephora Pierre
dan Coffea arabbica L ini tersebar di
seluruh penjuru jamrud khatulistiwa. Tanaman yang awalnya dianggap sebagai
tanaman perdu liar dan berasal dari tanah Abyssinia ini telah dikenal lama oleh
masyarakat Nusantara, tercatat di sejarah bahwa kolonial Belanda membawa benih
kopi dari Malabar, India menuju Pulau Jawa pada tahun 1696. Sejak saat itulah
penelitian kopi semakin berkembang hingga Kopi Jawa menjadi jawara di Eropa
pada waktu itu. Hingga kini, kopi Jawa masih menjadi primadona ditemani oleh
kopi Gayo dan Mandhaeling serta varietas lain dari Toraja, Flores, Bali dan
tanah Papua.
Biji kopi hingga kini masih menjadi komoditas penting perdagangan dunia. Pada tahun 2015, Indonesia menjadi pemasok biji kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolumbia dengan mencatatkan perkiraan produksi 622.000 metrik ton biji kopi dan 1,19 miliar dolar AS untuk nilai ekspor pada tahun yang sama. Sungguh nilai yang sangat tinggi untuk ukuran biji tanaman.
Bisnis perdagangan kopi sangat beragam, mulai perdagangan biji mentah (green bean), biji gongseng (roast bean), kopi bubuk, mesin roaster (gongseng) kopi, alat grinder (giling) kopi, mesin penyaji kopi (coffee machine), hingga kedai kopi (coffee shop). Bisnis ini bisa dibilang bisnis halal yang universal, karena bisa dikatakan hampir seluruh umat manusia di dunia ini dapat mengkonsumsinya, mulai bayi hingga manula. Apalagi dikarenakan adanya faktor “kecanduan” yang dimiliki oleh penikmat kopi mengakibatkan bisnis ini akan senantiasa lestari.
Selanjutnya mari kita kupas bisnis-bisnis yang dapat kita lakukan di dunia hitam kopi ini :
1.
Perdagangan
biji kopi. Ekspor kopi Indonesia masih didominasi oleh perdagangan biji
mentah (green bean). Pada tahun 2015, Amerika Serikat merupakan negara tujuan
ekspor kopi terbesar Indonesia dengan nilai USD 281,15 juta yang disusul Jepang
nilai USD 104,96 juta, kemudian disusul ekspor ke Italia dengan nilai USD 84
juta. Selain ekspor, pasar domestik juga tidak kalah menarik, hal ini dapat
dilihat dari indikasi bahwa semakin banyaknya usaha rosting (gongseng) yang
menyediakan jasa gongseng untuk pasokan kedai-kedai kopi.
Berbeda dengan beberapa tahun lampau yang perdagangan
biji kopi mentah masih didominasi oleh tengkulak atau broker, kini perdagangan
biji kopi mentah banyak dilakukan oleh petani kopi secara langsung akibat
kemajuan teknologi informasi.
2.
Bisnis
Gongseng kopi. Bisnis ini juga sangat menjanjikan, bila beberapa tahun yang
lalu kita hanya mengenal kalau kopi itu hitam gosong akibat gongseng. Maka kini,
akibat kemajuan teknologi informasi, metode roasting juga semakin cepat
menyebar ke tanah air. Berbagai cara dan variasi tingkat kegosongan gongseng
(level roasting) kopi juga semakin banyak diketahui oleh masyarakat, sehingga
masyarakat pecinta kopi juga semakin cerewet dengan selera kopi mereka, ada
yang suka dengan tingkat kegosongan light,
medium to dark atau bahkan dark and beyond. Gejala inilah yang
menuntut kedai kopi menyediakan variasi tingkat kegosongan kopi untuk
pelanggannya, sehingga memunculkan lini bisnis baru kopi, yaitu bisnis
roasting.
3.
Bisnis online
retail kopi gongseng. Era serba digital dan online market place seperti
saat ini, memaksa masyarakat menjadi pedagang dadakan. Semua barang yang
mempunyai nilai jual bisa diperdagangkan langsung dari kamar tidur mereka, tak
terkecuali dengan biji hitam ini. Masyarakat pecinta kopi tidak perlu lagi ke
kedai untuk menikmati kopi dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari
Brasil sekalipun. Cukup dari gawai di genggaman, berbagai varietas kopi bisa
dipesan secara daring. Para “bakuler” juga menyediakan beragam pilihan
roasting, pilihan ukuran kemasan dan pilihan tipe grinding (halus atau kasar).
4.
Bisnis
mesin pengolah kopi. Bisnis ini
bisa jadi merupakan salah satu lini bisnis kopi padat modal bisa juga menjadi
yang tidak perlu modal, tergantung cara bisnisnya. Mengapa demikian?, karena di
bisnis ini harga satu unit mesin pengolah kopi sangatlah mahal, menyentuh angka
jutaan. Di bisnis ini, kita bisa memilih menjadi pedagang mesin pengolah kopi
pasca panen atau mesin pengolah kopi untuk konsumsi. Jika memilih bisnis mesin
pengolah kopi pasca panen, maka kita akan memperdagangkan mesin pengupas kulit
kopi (pulper machine), mesin pencuci
kopi (washer machine), mesin pengupas
kulit ari biji kopi (huller machine)
serta mesin pengering biji kopi (box
dryer machine). Sementara untuk bisnis mesin di level selanjutnya, kita
bisa memperdagangkan mesin penggongseng kopi (roasting machine) dengan berbagai pilihan kapasitas, mesin
penggiling kopi (grinder machine) dan
mesin penyeduh kopi (coffe machine).
5.
Kedai
kopi (coffee shop). Bisnis ini
sudah menjamur, tidak hanya di ibu kota saja, di pelosok desa juga sudah
berdiri coffee shop bersanding dengan warkop. Coffe shop juga memiliki banyak pilihan, baik dari segi harga,
variasi varietas kopi yang dijual, cara penyajian (manual atau mesin), kelengkapan
layanan, dan lain-lain. Coffee shop
ini tidak selalu harus berbentuk bangunan permanen berpendingin udara, saat ini
juga sudah semakin banyak yang berani memulai usaha coffe shop dengan menggunakan gerobak atau menggunakan mobil
layaknya food truck.
Kembali lagi ke naluri bisnis, keuletan dan garis tangan pengusaha,
meskipun Tuhan telah menganugerahkan ladang bisnis berupa kesuburan tanaman
kopi kepada kita, maka di tangan kitalah 99% nasib kemujuran bisnis itu
terletak. Semoga kedepannya bisnis kita semakin berjaya untuk kesejahteraan
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar