Senin, 12 Februari 2018

Cover Lagu Sambil Makan Banana Nugget





Menyanyikan lagu yang sedang bertengger di top chart merupakan hal biasa, beda rasa kalau menyanyikannya dengan sedikit improvisasi yang kini terkenal dengan sebutan song cover. Aktifitas “meng-cover” lagu ini sedang marak dilakukan oleh penyanyi amatir maupun penyanyi yang sedang menurun karirnya. Misal seorang berkebangsaan norwegia bernama Leo Moraccioli, penyanyi ini serius menggeluti dunia song cover. Berbagai lagu diaransmen ulang oleh Leo menjadi genre musik kegemarannya sendiri, yaitu genre rock.

Dari keseriusannya mengarasmen lagu yang kemudian diunggahnya ke channel youtube miliknya, Leo mampu meraup keuntungan yang besar. Monetasi yang ditautkan ke video-video musik yang diunggahnya itu dibayar mahal oleh pengelola youtube sebagai media iklan di jagat internet. Apakah sudah ada di Indonesia? Banyak, bisa kita sebut namanya ; Anji, sutisna alias Sule, Rizky Febian, dan masih banyak lagi.

Menikmati musik hasil aransmen ulang pada sore hari di teras rumah, paling enak sambil minum teh ditemani dengan cemilan yang sedang hits, Banana Nugget. Sudah pernah coba?. Banana nugget ini adalah cemilan olahan dari pisang, yang dibentuk seperti nugget yang kemudian digoreng dan diberikan berbagai macam topping di atasnya. Harganya melonjak drastis daripada harga sekedar pisang goreng biasa, Rp. 35.000 untuk 12 potong, bandingkan dengan pisang goreng biasa yang hanya Rp. 1000 per potong.

Poin penting yang dapat diambil dari song cover dan banana nugget adalah, inovasi dan produk yang serba baru adalah hal yang wajib dimiliki oleh pebisnis baik pemula maupun pebisnis yang sedang mengalami stagnasi penjualan. Masyarakat akan bereforia menikmati sesuatu yang baru muncul, yang belum pernah ada di rak-rak super market. Bagi masyarakat, menggunakan sesuatu yang baru dapat mengkatrol style, menaikkan gengsi sosial mereka. Masih ingat trend pada awal tahun 2000-an yang terjadi di kalangan mahasiswa? Mereka sedang dilanda trend memakai sebuah kalung yang terbuat dari seutas tali yang diujungnya diuntai dengan flashdisk berkapasitas 128MB?. Seperti itulah yang terjadi di pasar, gengsi dan trend makin menguasai alasan untuk apa suatu barang dibeli.

Stagnasi bisnis harus segera dicarikan solusinya, kalau tidak segera ditemukan cara mengatasinya maka pengusaha harus siap-siap mencari pembeli perusahaannya. Untuk itu diperlukan ide-ide segar, ide revolusioner, ide yang tidak hanya mengganti kemasan saja. Ide segar ini harus menyeluruh, produk harus didesain ulang. Tidak jarang pengusaha secara revolusioner melakukan penyegaran produk sekaligus menyegarkan unit pabriknya. Sangat mahal memang biaya untuk mewujudkan ide revolusioner ini, namun hasilnya pasti akan sepadan.

Mari kita ikuti langkah revolusioner Elon Musk dalam mewujudkan ide mobil listrik yang diberi nama Tesla, atau kita turut ide-ide gila Sir Richard Branson, pemilik virgin Atlantic Airways yang dengan beraninya membangun roket khusus tamasya atau pelesir ke ruang angkasa. Pada akhirnya, untuk mendapatkan ide-ide revolusioner untuk penyegaran produk kita, marilah kita pikirkan sambil mendengarkan lagu bengawan solo yang telah dicover oleh seorang murid SMK jurusan karawitan ditemani seporsi banana nugget, tentunya.

Tidak ada komentar: