Nugget Tahu dan Pisang
Keju, Masyarakat kuliner Inginkan Start Up.
Salah satu ciri usaha rintisan adalah
menjual barang atau menyediakan layanan jasa yang telah diperbaiki level
mutunya, yang semula biasa menjadi luar biasa. Contohnya adalah ojek, dahulu
ojek pengkolan harus menunggu penumpang di ujung gang-gang atau di gerbang
perumahan, maka Nadiem Makariem dan kawan-kawan mencoba untuk memperbaiki level
pelayanan ojek tersebut dengan memulai usaha rintisan yang sekarang telah menjadi
raksasa bernama Go-Jek, sehingga para tukang ojek yang menjadi “mitra” Go-Jek
tidak perlu lagi menunggu orderan penumpang di gang atau gerbang perumahan,
cukup santai menunggu di rumah atau warkop, orderan pun bisa datang melalui
genggaman gawai android mereka.
Gejala “Start Up-isasi” yang syarat
usaha rintisannya harus berbau teknologi digital, mau tidak mau kini menular ke
bisnis makanan. Makanan yang biasa-biasa saja, makanan udik, makanan tradisional,
makanan yang biasa dijual keliling kampung, kini bersolek dan mengalami
perubahan dan perbaikan mutu beberapa tingkat. Sebut saja tahu goreng dan
pisang goreng. Biasanya tahu dan pisang goreng ini dijual Rp. 600 – 1000 per
potongnya. Setelah mengalami perbaikan para “inovator” kuliner, maka harganya
melambung hingga Rp. 5.000 per potongnya bahkan ada yang melebihi harga
tersebut.
Nugget tahu, yang bahan dasarnya
hanyalah tahu yang dihancurkan dan dicampur kuning telur, bumbu-bumbu, bawang
kemudian dikukus dan dibentuk seperti potongan nugget yang dilumuri tepung
panir dan kemudian masuk ke penggorengan, harganya bisa menjadi Rp. 10.000 per
kemasan isi 3 potong dilengkapi dengan saus sachet. Penjualannya juga tidak
lagi keliling kampung atau di pinggir jalan, tetapi sudah melalui metode
delivery order dan fasilitas Go-Food atau Grab-Food.
Begitu juga dengan Piss’nJoe, varian
gorengan pisang ini sudah satu tahun yang lalu berkutat di bisnis gorengan
Pisang Keju. Potongan pisang yang dibalur dengan adonan tepung yang resepnya
masih dirahasiakan, kemudian digoreng dan diberi topping berbagai macam coklat,
keju, meses, susu dan glaze. Per porsi kemasan isi 8-10 potong dihargai mulai
Rp. 8.000 sampai Rp.15.000 tergantuung varian topping.
Masih banyak lagi varian kuliner
tradisional yang telah mengalami perbaikan mutu, baik dari segi rasa maupun
tampilan. Inovasi-inovasi ini muncul mengikuti trend merebaknya usaha rintisan
dunia digital. Akhirnya muncul satu pertanyaan, apakah gejala ini bisa
dinamakan sebagai Start Up Kuliner?. Apapun namanya, yang terpenting adalah
gejala ini bisa menjadi bukti bahwa yang mampu beradaptasi dan mengikuti trend
jaman pasti akan dapat bertahan, bahkan mampu menjadi pemenang.
Penulis : Aliyul Wafa (tukang makan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar