Rabu, 14 Februari 2018

Mix Vegetable Salad With Peanut Sauce, Gado-gado Yang Keminggris






Siapa yang tak mengenal Gado-gado? Makanan tradisonal yang melegenda ini mempunyai begitu banyak penggemar setia. Berbagai kalangan menyukai makanan berbahan utama lontong dan campuran sayur yang disiram bumbu kacang. Rasa yang khas muncul dari aroma kacang goreng yang dihaluskan sebagai bumbu siramannya. Makanan tradisional ini selain dijual di warung makanan, juga telah merambah ke menu utama di restoran dan hotel bintang 5.

Selain  menyandang nama gado-gado, makanan ini juga ada yang memberi nama dengan versi bahasa Inggris agar mendongkrak kasta dan penjualan makanan ini, Mix VegetableSalad  With Peanut Sauce. Biasanya nama menu ini digunakan di cafe-cafe yang terletak di pusat-pusat perbelanjaan. Apakah dengan penggantian nama tersebut dapat membuat peningkatan penjualan menu tersebut?. Jawabannya adalah Ya, jika penggantian nama tersebut juga diiringi dengan penyegaran tampilan dan pemberian varian rasa yang berbeda dari rasa originalnya.

Keminggris, istilah bahasa Jawa ini mempunyai makna kelakuan orang yang sok atau cenderung menyukai dan menggunakan budaya inggris, minimal yang “sok-sokan” menggunakan bahasa Inggris, padahal vocabulary dan grammar-nya masih level “poor”. Bagi orang yang kemingris, mereka merasa derajat dan kastanya akan meningkat karena sifat keminggris tersebut.

Bahasa Inggris telah dibawa  dan disebarkan sejak berabad yang lampau oleh kolonial Inggris  sehingga menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi bahasa pengantar dalam dunia bisnis maupun politik pada masa sekarang. Tak ayal lagi, bahasa-bahasa perdagangan juga terkena pengaruh oleh bahasa Inggris. Apalagi kita sedang menyambut era MEA, perdagangan bebas negara-negara Asean ini akan membawa mimpi buruk bagi pengusaha yang belum menguasai bahasa Inggris.

MEA memaksa negara kita untuk membuka gerbang perdagangan selebar-lebarnya bagi pengusaha-pengusaha dari negara Asean lainnya. Para pebisnis asing mencoba untuk ekspansi bisnisnya ke negara kita, tentunya mereka pasti akan memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mereka.

Semua bidang perdagangan akan terkena imbas MEA, tak terkecuali bidang makanan. Para pebisnis makanan sejak tahun 2014 telah mencoba meramu cara untuk  melindungi dan mempertahankan bisnis makanan tradisional dari efek-efek adanya MEA, mereka memulai riset dengan cara mencoba mempertahankan cita rasa makanan Indonesia dengan cara harmonisasi rasa masakan di sebuah warung kecil di pasar Santa. Mereka mencoba menampilkan masakan Indonesia yang diimplementasikan dengan appetizer, soup, main course ikan,daging dan ayam yang diplatting sesuai standart Internasional. Cara tersebut harus dilakukan untuk menyediakan menu makanan bagi pebisnis yang datang ke Indonesia agar mereka tidak hanya menyantap hidangan internasional saja.

Apabila cara-cara tersebut berhasil, maka jutaan pebisnis yang meramaikan pasar bebas Asean di Indonesia akan bisa dan suka mengkonsumsi makanan lokal Indonesia. Mungkin saja ada menu Rica-rica manado yang diplatting dengan tachos, rujak cingur yang bahan cingurnya disubstitusi dengan daging tuna atau bahkan mungkin papeda bumbu italia. Who knows...?. Maka masakan tradisional kita akan tetap terjaga kelestarian dan kita akan mempuyai berbagai variasi cara penyajian masakan tradisional kita, tidak melulu gado-gado disiram dengan saus kacang, tapi variasi saus akan semakin membuat gado-gado siap untuk bertahan di era perdagangan Asean.

Jayalah selalu kuliner Indonesia, hidup ngunyah...!




Penulis : Aliyul Wafa (Aktifis Lembaga Perngunyahan Indonesia dan pecinta Kopi Asli Indonesia)

Tidak ada komentar: